Macam Macam Tips Trik

Macam Macam Tips Trik

Popular Posts

Blog Archive

Popular



Display Pagerank smadav antivirus indonesia 100 Blog Indonesia Terbaik
eXTReMe Tracker
INNChannels, Jakarta - Hari kemenangan yang dinanti itu pun akhirnya tiba. Banyak cara bagi umat muslim untuk merayakan hari yang sangat didambakan tersebut. Namun, kini timbul kekhawatiran bahwa Lebaran spiritual telah berubah menjadi Lebaran Sekuler. Mengapa? Siapakah mereka itu?
Secara umum, makna Idul Fitri bagi sebagian orang muslim adalah hari kemenangan, hari menuju fitrah (kesucian), dimana tali silaturahmi sangat mewarnai hari penuh makna ini.
Pasalnya, setelah sebulan lamanya umat muslim melaksanakan ibadah puasa, seharusnya hati mereka menjadi lebih bersih dari zat-zat keduniawian yang bisa merusak iman muslimin dan muslimah.
Sebab, sudah sepatutnya momentum Idul Fitri ini menjadi momen yang penting untuk berjihad menegakkan kembali amanah hari kemenangan.
Tapi, terdapat banyak cara memaknai hari raya Idul Fitri.
Menurut Abdul Jalil, MA, Intelektual muda yang juga koordinator kajian central riset dan manajemen informasi (Cermin), "Setelah selama 30 hari berpuasa dan juga melaksanakan ibadah lainnya di bulan Ramadan, umat muslim terbebas dari virus-virus penggoyah keimanan."
Umat muslim, lanjut Abdul Jalil, mesti melihat kemunculan Idul Fitri sebagai hasil proses panjang pertapaan seseorang selama satu bulan. Bertapa yang dimaksud disini adalah tidak hanya sekedar menahan makan, minum, dan lainnya, tapi lebih substansial lagi adalah mengejar target-target tertentu, seperti meminimalkan nafsu.
Untuk itu, imbuh dia, Idul Fitri dapat diartikan mampu menghasilkan insan yang fitri (fitrah).
Namun, belakangan ini seiring dengan perkembangan zaman, hikmah lebaran pun kadang bergeser menjadi suatu pemahaman yang berbeda dan tidak jarang mengarah pada hal negatif.
Salah satunya, pemahaman tentang "Lebaran Sekuler". Arti dari sekuler itu sendiri tentu saja bertolak belakang dari makna yang terkandung sebenarnya. Sekuler dalam pengartian umum adalah berbanding terbalik dengan hal-hal spiritual.
Maksudnya, hari besar keagamaan yang seharusnya mampu membuat keimanan lebih baik dari sebelumnya, ternyata untuk sebagian orang khususnya masyarakat ekonomi atas seringkali justru terlihat "menganut" sekuler ini.
Mereka, para 'the have' itu, terlihat memaknai lebaran sebagai ajang foya-foya dan juga unjuk kekayaan yang mereka miliki.
Lihat saja, bagaimana cara mereka mempercantik rumah dan diri dengan seluruh barang mahal dan berbau impor. Tak sedikit, dari mereka, justru memutuskan mudik dengan membeli kendaraan mewah berharga miliaran rupiah untuk menggambarkan status ekonomi dan sosial mereka, kini telah jauh berbeda dari sebelumnya. Singkat kata mereka ingin dibilang kaya raya.
Padahal, kesederhanaan dan keimanan tulus yang seharusnya menjadi makna utama hari lebaran tidak terlihat. Tapi, justru sifat riya dan kesombongan yang tampak mereka tonjolkan. Sekulerisme kini memang tampak lebih dominan menggeser makna Lebaran spiritual.
Andakah salah satu dari kelompok sekuler itu? Bercermin lah sendiri!, WWW.INILAH.COM

Followers

Recent Posts

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Download